SALAM MARIA PENUH RAHMAT, TUHAN SERTAMU. TERPUJILAH ENGKAU DI ANTARA WANITA, DAN TERPUJILAH BUAH TUBUHMU YESUS. SANTA MARIA BUNDA ALLAH, DOAKANLAH KAMI ORANG YANG BERDOSA INI, SEKARANG DAN WAKTU KAMI MATI. AMIN.

INSTALASI USKUP AGUNG MEDAN

Hari Minggu 22 Februari 2009 merupakan hari bersejarah bagi Gereja Keuskupan Agung Medan, karena paa hari itu diadakan Instalasi Uskup Agung yang baru: penyerahan tongkat penggembalaan dari Mgr. A.G.Pius Datubara kepada Mgr. Anicetus B. Sinaga.

Pelayanan dan Pastoral (Umat Nias)

Pada hari Kamis - Jumat 26 s/d 27 November 2009, Pastor Anton bersama bapak S. Barasa, bapak T. Manao, Suster Margareta KSSY, Siprianus Manao dan Andre berkunjung ke stasi Panuntungan.

HIDUP BERMAKNA : BERBAGI BEKRAT

Apapun pemikiran orang, yang pasti adalah bahwa hidup yang bermakna dan menjadikan seseorang itu bahagia adalah bila seseorang itu bersyukur atas hidupnya sebagia karunia yang besar dari Tuhan.

NATAL MUDIKA 2009: SUKSES

UCAPAN TERIMA KASIH KARENA NATAL MUDIKA 2009 'BERTABUR BINTANG' BERJALAN DENGAN SANGAT BAIK.

PAROKI: SEJARAH KATOLIK DI DAIRI

MISI KATOLIK DI DAIRI (SEJARAH SINGKAT PAROKI SIDIKALANG).

PEMBANGUNAN GEREJA KATOLIK STASI SANTO PETRUS – LAE TARONDI PAKPAK BHARAT

Berdirinya Gereja Katolik di Salak ibukota Kabupaten Pakpak Bharat berawal dari kesepakatan lima keluarga umat Katolik yang ada saat itu.

NATAL MUDIKA 2009: SUKSES

UCAPAN TERIMA KASIH
KARENA NATAL MUDIKA 2009 'BERTABUR BINTANG'
BERJALAN DENGAN SANGAT BAIK

Mungkin ini bisa dikatakan suatu sejarah baru bagi Katolik di Dairi yang dalam hal ini Paroki Sidikalang yakni diadakannya Perayaan Natal Mudika dengan meriah. Natal pada 28 Desember 2009 yang lalu diawali dengan Carnaval sepeda hias oleh Dramban oleh siswa-siswi SMA Santo Petrus Sidikalang, anak-anak sekolah Minggu, sepeda motor oleh mudika dan umat, becak hias, mobil-mobil. Semua yang ikut dalam carnaval adalah partisipasi semua umat, hanya beberapa kendaraan yang diupayakan oleh panitia Natal. Carnaval ini dengan rute kota Sidikalang dan panjangnya carnaval hampir 1 setengah kilometer panjangnya. Walau hujan deras mengguyur saat carnaval tetapi semangat tidak pudar, carnaval tetap dilanjutkan dan menyelesaikan rute yang telah direncanakan. Masyarakat yang dilalui carnaval tumpah ruah ke jalan melihat keramaian tersebut.

Beberapa jam setelah selesai Carnaval, dilanjutkan perayaan misa yang dikhususkan untuk para mudika. Perayaan Ekaristi dipersembahkan oleh pastor dari Komisi Kepemudaan KAM yang didampingi oleh Pastor Frans Borta Rumapea O.Carm dan pastor Lukas O.Carm. Sesudah itu, mudika dan umat yang hadir dalam perayan Ekaristi, ikut makan malam bersama.

Malam harinya dirayakan dengan malam hiburan bersama. Pada malam hburan Natal ini, mudika baik yang ada dikota Sidikalang, dan mudika dari stasi-stasi yang diundang, juga mempersembahkan atraksi Natal mereka masing-masing. Perayaan Natal ini memang melibatkan mudika se-paroki, tetapi juga mengundang mudika dari parok-paroki yang dilayani oleh Ordo Karmel yang ada di Keuskupan Agung Medan, dalam hal ini yang bisa hadir adalah mudika dari Kisaran. Pentas hiburan Natal dimeriahkan dengan mengundang artis ibu kota yakniibu Tio Fanta Pinem dan Tri Simenstas. Ibu Tio Fanta Pinem memang merupakan anak Sidikalang, dan beliau sangat senang bisa menghibur umat katolik juga masyarakat Sidikalang dalam perayaan Natal Katolik. Dalam keluarga mereka, memang hanya beliau yang adalah Katolik. Orang tua dan saudara-saudarinya yang ada di Sidikalang, tidak katolik. Singkat kata, perayaan Natal pada malam hari itu sungguh meriah dan ramai. Kompleks Gereja Paroki yang berkapasitas 4 ribu orang penuh. Bahkan penonton yang terdiri dari uma katolik paroki, stasi-stasi, juga dari kalangan masyarakat umum, tidak beranjak pulang hingga jam 12 malam acara baru selesai dan ditutup.

Mungkin kita berpikir dan melihat kesuksesan acara ini saja? Kurang melihat dan mengetahui bagaimana dan apa yang terjadi pada masa persiapan.

Acara ini diprakarsai oleh Mudika paroki dan panitia diketuai oleh bapak Harapan Boang Manalu yang kerap dipanggil bapak Maholi. Awal mula ide tersebut adalah karena ketika ada perayaan Mudika Paroki dalam rangka 17 Agustus 2009 di stasi Lae Terondi kabupaten Pakpak Bharat, kehadiran mudika sangat kurang,>dari semula yang diharapkan 300 orang ternyata yang hadir hanya 125 orang, juga antusiasme umat setempat dirasa sangat kurang. Padahal dalam kegiatan tersebut, paroki sungguh berusaha membantu, bahkan sampe menyediakan kenderaan jemputan untuk mudika yang ada di wilayah pakpak Bharat. Alasan menempatkan kegiatan tersebut di pak-pak Bharat adalah untuk membangkitkan semangat Kekatolikan mudika dan umat di wilayah Pakpak Bharat tersebut. Sebab bisa dikatakan bahwa Katolik di wilayah tersebut masih sangat muda. Di balik itu juga, ada terselip untuk memberi dukungan kepada bapak Remigo Berutu yang mencalonkan diri menjadi Bupati Pak-pak Bharat. Namun semua upaya kurang setimpal dengan hasilnya, kehadiran mudika sangat kurang padahal sudah disediakan kendaraan untuk menjemput dan mengantar, juga animo umat dan orang-orang yang diharapkan membantu saat itu sangat kurang. Pada kegiatan itu, paroki dengan besar hati menanggung semua kekurangan biaya dan memang kurang banyak.
Melihat pengalaman itu, bapak Harapan Boang Manalu dan beberapa mudika berpikir, "Kenapa bisa demikian? Apa jadinya mudika kita bila tidak ada kecintaan terhadapa Gereja Katolik? Atas dasar keprihatinan itu, beliau dan beberapa mudika mengagasi perayaan Natal Mudika se-paroki dengan dimeriahkan oleh Artis dan sebelumnya dimeriahkan dengan Carnaval bersama. Tekad mereka sangat bulat. Untuk itu mereka mempersiapkan apa yang perlu. perlu diketahui bahwa bapak Harapan Boang Manalu adalah seorang pengusaha kecil dan masih muda. Beliau memang bekerja di tengah masyarakat biasa.
Tanpa sepengetahuan pastor paroki, mereka bersama seksi kepemudaan paroki mengadakan rapat, membuat SK panitia dan membuat proposal. Dalam perjalanan waktu kemudian, pastor paroki tau adanya rencana mereka yang sangat wah dan besar. Hal itu tau setelah mereka melapor ke pastor paroki. Pastor paroki kaget dengan acara yang sangat besar. Tapi melihat semangat dan kemauan mereka, pastor paroki akhirnya mendukung kegiatan itu dilaksanakan, tetapi pastor paroki tetap menegur mereka bahwa mereka merencanakan kegiatan yang besar tanpa sepengetahuan dan seijin pastor paroki. Akhirnya proposal diganti dan harus ditanda tangani oleh Pastor Paroki dan DPPH. Hal ini harus karena perayaan ini besar dan membutuhkan dana yang besar, yang tentunya mengharapkan dari para donatur. Pastor paroki memberi semangat dengan mengatakan, "Kalau kalian yakin dengan apa yang kalian rencanakan dan putuskan dan yakin bisa terlaksana, silahkan teruskan, paroki akan siap membantu dan saya akan mempertanggungjawbkan acara ini kepada umat. Dan kalau kalian memang yakin, jangan kalah atau mundur bila mendengar kata-kata umat yang mengatakan bahwa rencana kegiatan itu mustahil akan telaksana dan pasti gagal"

Mudika bersemangat melanjutkan rencana kegiatan tersebut, walaupun banyak kata-kata 'sindiran' yang seakan mengatakan bahwa kegiatan ini mustahil akan bisa terlaksana karena disamping membutuhkan keterlibatan umat dan juga membutuhkan biaya yang besar hingga 40 juta rupiah. Bapak Harapan Boang Manalu selama dua bulan penuh secara sungguh-sungguh mempersiapkan kegiatan tersebut. Beliau melobi ibu Tio Fanta Pinem dan Simenstas, juga artis-artis Dairi. Para artis setuju, dan merekapun tidak meminta bayaran sebagaimana mestinya, hanya sekedar uang lelah. Bahkan ibu Tio Fanta tidak mengharapkan bayaran, sehingga beliau kaget dan senang ketika sehari setelah kegiatan selesai, mudika memberi beliau sekedar uang terima kasih dan patung Yesus Kristus.

Semua persiapan yang perlu untuk itu dilaksankan, seksi dana juga berusaha untuk mencari dana dari para donatur. Pastor paroki yang berpikir bahwa kegiatan ini terbukan untuk masyarakat luas, mengusulkan dan mencarikan sponsor dari kalangan pengusaha katolik. Pastor paroki dibantu oleh umat mencoba meloba perusahaan katolik yang ada di Medan dan di Jakarta. Panitia semula sangat berharap adanya sponsor maka kegiatan akan mulus berjalan. Namun akhirnya dari beberapa yang sudah dihubungi, tidak ada satupun yang bisa membantu dengan alasan sudah hari libur karyawan, bahkan pastor paroki sampe merayu, paling tidak bila tidak bisa bantuan dari perusahaan sebagai sponsor, mereka menyumbang dari kantong sendiri sebagai umat katolik. Namun upaya itupun gagal. Semangat mudika sempat melemah. Maka seminggu sebelum kegiatan berlangsung, DPPH mengajak panitia rapat dan paroki mengatakan bahwa apapun yang terjadi akan ditanggung oleh paroki. Paroki meminta Panitia tetap mekerja mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan yang sudah direncankan tersebut, dan paroki akan menyuntikkan dana 10 juta untuk modal awal dan siap menanggung bila kegiatan tersebut merugi. Semangat mudika dan panitia bangkit kembali.
Sehari sebelum kegiatan tersebutm dana yang terkumpul baru sekitar sepuluh juta, padahal kegiatan tersebut membutuhkan biaya 40 juta rupiah. Dalam hal ini, mudika tidak dikutip partisipasi, demikian juga umat paroki, hanya mengharapkan sumbangan sukarela.

Untuk membangkitkan semangat umat paroki untuk membantu, pastor paroki dalam 4 kali misa hari Minggu selalu mengumumkan dan menghimbau keterlibatan umat, demi anak-anak muda yang menjadi Generasi Gereja dan Negara. Pastor paroki juga berusaha menghubungi donatur secara pribadi. hari minggu sehari sebelum kegiatan, pastor paroki mendapat harapan adanya umat yang akan membantu, secara khusus adalah bapak Fidelis Sijabat dari Jakarta bersedia membantu 10 juta rupiah, bapak Robert Sihite dari Medan dan bapak Simon dari Jakarta, juga dari beberapa orang lagi. Bantuan dari para Saudara terebut, sungguh menjadi kekuatan yang membangkitkan semangat dan harapan para Panitia dan Mudika dalam mewujudkan mimpi tersebut. Semangat yang mulai pudar dan diresapi oleh perasaan pesimis untuk terwujud, akhirnya sirna dan semangat baru tumbuh kembali.

Pada 28 Desember 2009, pastor paroki terpaksa ke Siantar karena ada acara sangat penting, padahal hari itu adalah hari H pesta Natal tersebut. Namun panitia dan mudika sudah senang 'ditinggal' oleh pastor paroki, karena selama persiapan beliau memberi semangat dan dukungan besar, apalagi sebelumnya meninggalkan sumbangan dari beberapa donatur umat.
Pada perayaan Natal tersebut, apa yang selama ini diragukan dan ditakutkan akhirnya hilang diganti oleh seukacita yang besar. Apa yang selama ini ditakutkan yakni umat paroki kurang memberi dukungan, tapi ternyata memberi dukungan. Memang soal dana umat tidak terlalu memberi banyak, tapi nyatanya umat paroki menunjukkan kebersamaan dan memberi bantuan dengan meramaikan carnaval, umat yang memiliki kendaraan ikut ambil bagian. Ini sudah merupakan suatu mukjijat yang besar. Singkat kata perayaan itu berjalan dengan sangat baik.

Dari sini dapatlah dikatakan bahwa :
1. Sungguh indah bekerja untuk kemuliaan Tuhan, Dia akan menyempurnakan semuanya, walaupun harus kuat menghadapi tantangan berat.
2. Sungguh indah hidup dalam persaudaraan iman Katolik, karena Tuhan pasti akan memberi jalan dan bantuan lewat umat katolik di manapun berada.
3. Sungguh indah setia dalam Tuhan, walaupun ada rasa kesal dan kecewa.
4. Umat katolik paroki ternyata tetap kuat dan satu dalam kebersamaan.
5. Mudika kita adalah Generasi dan harapan Gereja.
6. Mungkin suatu permenungan bagi kita, 'Berapalah harga uang sumbangan dibanding beberapa orang muda katolik bertobat dan bangga akan imannya?

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih banyak kepada pastor paroki, kepada DPPH, kepada semua umat paroki Sidikalang, kepada para Panitia dan mudka, kepada Saudara-Saudari dan bapak-ibu para donatur yang sudah sudah mendoakan, memdukung dan membantu hingga Pesta Natal Mudika 2009 dapat terlaksana dengan baik. Harapan dan doa kami, semua kebaikan para Saduara akan berkenan di hadapan Tuhan dan akan dibalas-Nya. Amin.


Membela Kebenaran dan Keadilan

KRONOLOGI DAN KETERLIBATAN SAYA PADA
KEBUN KARET MASYARAKAT DI PURBATUA, KEC. BARUS UTARA
(Tulisan ini disadur dari Milis CMVE)

1. Pendahuluan

Saya, P. Rantinus Manalu, Pr, Pastor Keuskupan Sibolga bertempat tinggal di Jln. Maraden Panggabean No. 68 Sibolga dipanggil ke Kantor Polda Sumatera Utara, untuk dipriksa sebagai tersangka kasus Tindak Pidana “Mengerjakan, menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah dan atau merambah, membakar kawasan hutan di Register 47 Desa Purba Tua dan Desa Hutaginjang Kecamatan Barus Utara Kabupaten tapanuli Tengah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, b dan d Jo pasal 78 ayat (2) dan (3) UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Jo Pasal 55 dan 56 KUHPidana”. Saya dipanggil lewat Surat No. Pol.: S.Pgl/2530/XII/ 2009/Dit Reskrim tertanggal 09 Desember 2009 yang ditandatangani oleh Direktur Reserse Kriminal POLDA SUMUT, selaku Penyidik, Kombes Pol Drs. Agus Andrianto, SH. Dalam surat itu dikatakan, saya hendak diambil katerangan selaki Tersangka oleh Kompol Amwizar dan Tim, pkl. 09.00 WIB,
Rabu, 16 Desember 2009.

Membaca surat itu, dimana kepada saya disangkakan melakukan tindak pidana sebagaimana disebutkan di atas, tidak bisa saya pungkiri, saya agak heran sertamerta terkejut. Alasannya, pertama, saya merasa tidak pernah melakukan satupun unsur pelanggaran yang disebutkan dalam surat. Kedua, saya merasa tidak pernah memiliki segenggam tanah apalagi sebidang tanah untuk diusahai sehingga saya dianggap sebagai menggunakan tanah secara tidak sah. Ketiga, saya pada dasarnya sangat mencintai lingkungan hidup yang sehat dan hutan alam yang rimbun. Bahkan jika saja diijinkan, ingin rasanya saya menghijaukan bukit-bukit yang gundul gersang di Tapteng. Kalau seandainya bisa dihitung kembali, mungkin sudah ribuan pohon yang saya bibitkan sendiri, kemudian kubagikan ke warga di kampung-kampung untuk mereka tanami dimana saja bisa ditanami. Saya sendiri, sudah
menanam banyak tanaman pohon dari berbagai jenis.

Paling mengejutkan saya lagi adalah penetapan status saya sebagai tersangka. Dari segi proses hukum saya tidak tahu pertimbangannya apa. Saya merasa tidak pernah diperiksa secara resmi dimana dibuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Pernah dua orang dari POLDA Sumatera Utara, satu bermarga Manurung dan yang lain Butar-butar, datang ke tempat saya di Guest House St. Kristoforus Jl. FL. Tobing 17 Sibolga, yang dibawa oleh Kasatreskrim Polres Tapteng J.O Pasaribu. Pada kesempatan itu, kami ada berlima duduk bersama di meja yang disusun empat segi di ruang tamu. Mereka bertanya tentang keterlibatan saya pada pekerjaan penanaman karet di Purbatua. Saya tidak menganggap perbincanangan itu sebagai bagian pemeriksaan. Sebagaimana halnya dikatakan oleh J.O Pasaribu, ketika mengontak saya untuk bisa ditemui, hanya sekedar bincang-bincang. Saya tidak menandatangani apapun saat itu. Yang bermarga Butar-butar, sebelum meninggalkan tempat saya,

Masih meminta nomor hp saya dan berkata, “kalau menurut saya, apa yang Pastor buat, teruskan saja.
Karena baik itu untuk masyarakat,” katanya sambil bergegas menuju mobilnya. Maka saya sangat terkejut bila saya ditetapkan langsung sebagai tersangka. Dasarnya apa?

Kalau atas keterlibatan saya pada penanaman karet milik warga masyarakat Desa Purbatua dan Hutaginjang, Kec. Barus Utara itulah yang menjadi dasar pertimbangan Polisi menetapkan saya sebagai tersangka, dengan hati jujur saya mau mencariterakan di sini kronologi keterlibatan saya. Semoga dengan penuturan dengan penuh kejujuran ini, para pembaca yang budiman dapat melihat dengan benar dan objektif, kemudian menilai sendiri, apakah sangkaan pelanggaran Tindak Pidana itu tepat dikenakan pada saya. Saya mohon agar pembaca yang budiman juga berhati jujur melihat dan menjatuhkan penilaian. Bagi saya kasus ini penuh dengan rekayasa dan upaya kriminalisasi atas diri saya yang selama ini dengan giat melakukan penyadaran pada warga masyrakat agar hak-hak tanah mereka tidak dirampas oleh pihak yang tidak berhak.

2. Aktivitas Pemberdayaan dan Penyadaran

Dalam rangka menyikapi kasus-kasus penyerobotan tanah di Tapteng, saya banyak melakukan kegiatan penyadaran akan hak-hak sumber penghidupan, khususnya masalah tanah, di tengah masyarakat di Tapteng. Dalam kegiatan itu saya kerap menjelaskan, salah satu cara untuk mengamankan tanah dari penyerobotan, selain daripada membuat surat tanah, juga mengusahainya secara aktif. “Tanamanlah sesuatu, yang bisa jadi bukti bahwa kau pernah menguasai dan
mengusahainya,” anjurku sering kepada mereka.

Buah dari kegiatan itu, banyak masyarakat yang sudah mengusahai kembali lahannya yang sudah lama ditinggal, dengan menanaminya dengan berbagai tanaman keras. Tapi upaya mereka dalam mengusahai kembali lahannya, juga menghadapi masalah ketidakmampuan permodalan. Kalau kembali mengusahai lahan dengan cara yang lama, akan tetap kembali terulang: tanpa hasil alias gagal.
Akan kembali menjadi lahan tidur.

Salah satu kelompok warga masyrakat dari Desa Purbatua, yang diwakili oleh Robinson Tarihoran, datang menemui saya dan membawa permohonan atas nama 112 KK warga yang sudah memprakarsai Kelompok Tani yang diberi nama: “Rap Martua”, yang artinya “Sama-sama Bahagia”. Mereka mengajukan surat permohonan No. 01/KTR/03/09, tertanggal 11 Maret 2009. Dalam surat permohonan itu disebutkan, a.l memohon bantuan agar tanah mereka dijadikan kebun karet dan masing-masing Anggota KT-RM memiliki lahan sendiri. Menurut keterangan Robinson, yang kemudian diferivikasi kepada masyarakat setempat, tanah itu sudah diusahai oleh orangtua bahkan kakek mereka sejak puluhan tahun. Dari beberapa surat tanah yang disertakan dalam surat permohonan itu kelihatan, sudah ada warga yang mengusahai lahan itu sejak tahun 1941. Ditulis masih dalam ejaan lama: doeloe. Dalam daftar nama yang terlampir itu, tercantum luas tanah yang mereka miliki yang seluruhnya 190,5 hektar.

3. Gambaran Lahan

Kunjungan pertama saya ke lokasi, Sabtu, 8 Maret 2009. Setelah melihat lokasi, baru saya katakan kepada mereka ada kemungkinan dibantu, tetapi harus dibuat surat permohonan. Dari pengamatan saya, lokasi berada di balik bukit yang mengitari desa Purbatua. Dengan jalan kaki naik turun bukit, dengan kecepatan normal jalan kaki dibutuhkan waktu 1.5 jam mencapai lokasi itu. Lokasi itu sendiri ada pada posisi lembah dikelilingi bukit. Tidak ubahnya seperti di dalam kuali.
Pada kunjungan pertama, saya langsung keliling lokasi dan membuat rekaman handycam areal. Kesan saya, tanah itu sebagian adalah kebun karet rakyat yang sudah berumur 50-an tahun. Sebagian ada pohon karet sebesar pergelangan kaki, berbaris, tampak sengaja ditanam dulunya. Tampak kurang subur. Saya tanya sudah berapa tahun umur karet itu, sudah 9-10 tahun. Tapi gak mau besar-besar, masih tetap sebesar pergelangan kaki. Kurang terurus. Bagian paling luas, ditumbuhi semak gersang, ilalang, tetapi ada juga batang-batang pepaya, durian, petai, kelapa, bahkan ada “rumah” yang masih utuh bagus, layak huni. Tapi penghuninya tidak lagi di situ. Segerombolan kerbau masih diangon di lokasi itu. Pondok tempat kami mengadakan pertemuan dengan warga itu sendiri dilatarbelakangi
kandang kerbau.

Kalau diamati dengan cermat, 80 % lahan bukan terdiri dari hutan, melainkan semak gersang. Menurut keterangan warga, kegersangan itu diakibatkan oleh beberapa kali kebakaran hutan di masa lampau. Selain itu kerbau yang diangon di situ selalu memakan rumput kecil, sehingga tidak sempat besar. Tidak banyak kayu ukuran besar. Kalaupun ada, paling se-ukuran besar paha, yah satu-satu lebih besar sedikit. Maka kalau dikatakan ada penebangan kayu, kayu apa yang ditebang?

4. Diketahui dan Disetujui Uskup

Membaca proposal itu, saya punya hasrat membantu mereka, dalam bentuk apapun dan sekecil apapun. Namun saya sadari saya tidak bisa berbuat lebih banyak bila saya sendiri, tanpa dukungan dari lembaga gereja, dalam hal ini Keuskupan Sibolga atau pihak lain. Sadar akan hal itu, saya menghadap Bapak Uskup, Mgr. Dr. Ludovicus Simanullang guna membicarakan surat permohonan masyarakat tersebut. Setelah mendapat penjelasan, Bpk Uskup sangat antusias, lalu Uskup menyetujui permohonan itu dengan ketentuan, saya diminta tetap memperhatikan jalannya pekerjaan itu. Saya menyanggupi harapan Bapak Uskup. Dana yang dipakai untuk ini adalah dana sosial yang memang diperuntukkan membantu masyarakat di bidang pertanian. Jadi tidak benar issu yang dihembuskan oleh oknum-oknum Pejabat Pemkab Tapteng, yang mengatakan bahwa saya secara pribadi punya lahan dan melakukan kegiatan investasi di bidang perkebunan karet di Molhum, Desa Purbatua.

5. Kenapa Pekerjaan Warga Ini Perlu Didukung

Setelah melihat keadaan lokasi yang begitu gersang, saya semakin termotivasi membantu warga agar mewujudkan segera pertanian karet. Bahkan saya berpikir untuk menghutankan lereng-lereng bukit yang mengitari lokasi itu. “Itu jangan dibabat, nanti kita tanami dengan pohon mahoni,” anjurku kepada warga. Tapi Robinson menjawab, “di situ sudah karet rakyat itu, Pastor”, katanya. “Tapi di atasnya itu kan tidak. Itu kita tanami pohon nanti, jangan diganggu itu,” desakku. Kenapa pertanian karet untuk rakyat di lokasi ini perlu segera didukung, inilah sebenarnya alasan yang terkandung di
benak saya setelah melihat keadaan lahan itu:
- Bagi warga anggota KT-RM khususnya dan petani karet umumnya jelas proyek ini akan membawa dan meningkatkan kesejahterakan bagi mereka. Itu sudah pasti.
- Issu lingkungan hidup dan penghijauan. Tanah gersang seperti lahan Molhum ini memang sangat perlu untuk dihijaukan. Dan cara untuk itu adalah penanaman pohon. Dan membuat kebun karet adalah pilihan tepat. Beberapa alasan berikut bisa dikemukakan: masyarakat sendiri terlibat dalam penghijauan itu (menanam dan memelihara), tidak perlu gembar-gembor menanam “seribu pohon” yang habiskan menghabiskan dana, sementara hasilnya belum tentu ada. Mereka akan memelihara karetnya masing-masing sehingga proses penghijauan lebih terjamin dalam jangka waktu yang relatif
bisa dipastikan.
- Hak-hak mereka atas tanah itu tidak akan dirampas orang lagi. Di daerah agraris seperti Tapteng, tanah merupakan jaminan kesejahteraan hidup. Hak rakyat petani atas tanah harus dilindungi dari penyerobotan oleh investor yang sering berkoloborasi dan berkonspirasi dengan penguasa dalam
membodoh-bodohi rakyat petani.

Dari uraian di atas sebenarnya bisa disimpulkan ada tiga tujuan utama yang memotivasi saya membantu warga Purbatua ini, yakni: Kesejateraan rakyat, penghijauan, terjaminnya hak rakyat atas tanah. Maka saya tidak habis pikir bila saya disangkakan sebagai perambah dan pembakar hutan.

6. Kebun Karet Proyek Sosial Ketiga

Bukan ini pertama kali Keuskupan Sibolga melakukan proyek sosial di daerah ini. Penanaman karet di Molhum, Desa Purbatua ini merupakan proyek sosial ketiga di daerah Barus. Proyek pertama adalah proyek irigasi yang disebut “Bendungan Sitangkurak”, di Desa Pangaribuan, di sungai “Husor”. Proyek ini dibuat untuk mengaktifkan kembali irigasi yang sudah lama hancur yang mengakibatkan masyarakat sekitar Barus tidak bisa mengelola sawahnya karena tidak terairi. Proyek ini dilakukan oleh P. Leonhard Beichirge, seorang missionaris dari Sued Tirol. Dana untuk itu juga dari gereja. Sebenarnya pembuatan proyek ini awalnya hendak dilakukan dalam kerjasama dengan masyarakat sekitar sendiri. Namun kemudian, Pemkab Tapteng ikut nimbrung, menjanjikan dana sebesar Rp 125 jt. Padahal kemudian diketahui, menurut penuturan P. Leonhard ketika itu dana ini tidak semua cair. Yang diterima hanya kisaran Rp 87 jt. P. Leonhard sendiri mengeluarkan dana tidak kurang dari
Rp 325 jt. Sayang dalam laporan media waktu peristiwa peresmian, dipublikasikan, posisi partsipasi pendanaan justru terbalik: Keuskupan Rp 100 jt dan Pemkab Tapteng Rp 300 jt. Saat itu Keuskupan Sibolga tidak berminat sedikitpun mempermasalahkan kejanggalan itu. Yang penting masyarakat telah
mengolah sawahnya kembali, hasil sudah dicicipi warga.

Proyek kedua adalah proyek jembatan tsunami, pelabuhan atau dermaga perahu nelayan dan alat-alat tangkap ikan di Aek Busuk, Desa Lobutua, Kec. Andam Dewi. Proyek ini terkait dengan program rekonstruksi dan rehabilitasi korban tsunami, 26 Des 2004. Sebenarnya tidak ada dana dianggarkan untuk rehabilitasi di daerah Tapanuli Tengah, tapi saya selaku Direktur Eksekutif Caritas Keuskupan Sibolga ketika itu berhasil mengarahkan perhatian dan meyakinkan mitra kerja kami dari Caritas Austria. Proyek itu sangat berguna bagi masyarakat. Mereka menyetujui proyek rehabilitasi di Tapteng yang keseluruhannya menelan biaya lebih kurang Rp 500 jt itu. Proyek ini tidak dilakukan oleh Caritas Keuskupan Sibolga, tetapi juga – justru itu yang paling berharga – masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orangtua bergotong royong membangun jembatan ini. Saya bangga sekali dengan anak-anak kecil dan manis yang merasa begitu membutuhkan jembatan ini ikut berpartisipasi. Setiap
kali mereka lewat dari jembatan itu - pergi dan pulang sekolah - mereka membawakan satu dua batu di tangan dan meletakkannya di tumpukan batu yang sedang orangtua mereka kerjakan secara gotong royong.
Alasan kenapa saya berusaha menarik perhatian mitra kami Caritas Austri untuk membangun jembatan dan membantu para nelayan di sana, tidak lain karena saya menerima laporan bahwa dua bulan setelah tsunami, tidak ada siapapun, baik organisasi termasuk Pemkab Tapteng datang memberi bantuan kepada mereka. Padahal jembatan kayu yang mereka bangun secara gotong royong sudah ambrol, anak-anak setiap hari harus naik perahu menyeberangi Aek Busuk bila mereka hendak pergi
Ada permintaan dari Bupati Tapteng Drs Tuani Lbn Tobing, Msc agar pembangunan jembatan dilakukan dengan kerjasama dalam pendanaan. Tetapi bupati juga mengusulkan satu jembatan besar sekalian, sampai kapasitas mencapai tonase truck besar. Karena pertimbangan Caritas telah menyanggupi dananya dan tentu saja juga karena khawtir kasus pendanaan proyek “Bendungan Sitangkurak” terulang, saya menolak untuk kerjasama di bidang pendanaan.
Rancang bangun jembatan yang panjangnya 116 meter lebar 2.10 meter terbuat dari beton bertulang dengan sistim sambung perbagian dan diperhitungkan tahan gempa hingga 7 pada schala rechter. Juga dipertimbangkan kelestarian alam dan kebutuhan masyarakat nelayan. Jembatan bisa diperpendek menjadi hingga hanya 75 m, tetapi sungai akan sebagian tertimbun dan masyarakat yang bermukim di “pulau delta” itu tidak mendapat akses masuk secara leluasa. Atas pertimbangan ekosistem dan lingkungan sungai itulah jembatan dibuat sedemikian panjang. Apakah masuk akal, saya dituduh tidak mempertimbangkan aspek lingkungan dan kelesatarian alam dalam membantu warga Purbatua.

7. Kesepakatan Dengan Warga

Pada kunjungan pertama di Molhum itu kami juga membicarakan hal-hal yang terkait dengan kesepakatan agar permohonan bisa dipertimbangkan untuk dikabulkan. Pada kesempatan itu kami meminta kepada Robinson Tarihoran agar juga menghadirkan warga yang menjadi anggota KT-RM. Inilah kunjungan saya yang pertama di lokasi itu. Saya dengan warga yang jumlahnya sekitar 40 orang itu berbincang-bincang bersama di salah satu pondok warga di lokasi itu. Pada kesempatan itu kami berhasil membuat kesepakatan lisan berikut:

- Masing-masing warga KT-RM mengolah tanahnya sendiri.
- Batas masing-masing dengan lawan batasnya dijelaskan, tidak boleh ada sengketa batas. Tanahnya tidak akan ditanami karet jika mereka bersengka batas.
- Keuskupan tidak mau menyediakan bibit untuk satu orang dengan luas tanah lebih 2 hektar.
- Bagi mereka yang punya luas lahan lebih dari 3 hektar, diminta agar bersedia membagikan sebagian lahannya itu kepada warga atau keluarga/kerabatnya yang tidak punya lahan. Keuskupan tidak hendak membantu orang kaya tetapi orang yang lebih membutuhkan.
- Keuskupan bertanggungjawab menyediakan bibit, hingga siap tanam dan melakukan pemeliharaan (pemupukan) hingga berproduksi.

Inilah kesepakatan- kesepakatan yang kami buat ketika itu. Jadi saya atas nama Keuskupan Sibolga tidak pernah berpikir untuk membeli tanah warga. Ada juga usul masyarakat, agar ada bantuan untuk kebutuhan rumah tangga, agar asap dapur tetap mengepul. Pertimbangannya, bila mereka mengolah lahan itu, mereka terpaksa meninggalkan pekerjaan lain seperti menderes, bisa terbengkalai memenuhi kebutuhan dapur. Memang pada saat itu perekonomian sangat sulit. Mereka mengusulkan Rp 800 rb per hektar. Usul ini masih harus dipertimbangkan, namun agar mereka bisa membeli parang dan alat-alat yang dibutuhkan mengolah lahannya, Keuskupan menyanggupi memberikan Rp 200 rb per KK
dulu agar langsung bisa bekerja.

8. Jalannya Pekerjaan Pemberian Bantuan

Sejak dimulai pekerjaan pertanian karet di Molhum ini, saya hanya dua kali menginjakkan kaki di lokasi. Pertama, sewaktu kami mengadakan kesepakatan dengan warga, Sabtu (8/3/2009), Kedua, dua minggu lalu, Sabtu, 5 Desember 2009. Kunjungan kedua ini saya lakukan perlu karena akhir tahun, saya biasanya memberikan laporan kepada Uskup pada akhir tahun. Terus terang saya tidak punya waktu untuk sering ke sana. Namun saya tetap pantau dan saya ikuti perkembangan dengan mencermati progres pekerjaan berdasarkan informasi dan laporan Robinson Tarihoran yang sudah diangkat warga menjadi ketua KT-RM dan kemudian saya hunjuk menjadi koordinator. Saya percaya pada masyrakat, mereka pasti melakukan yang baik karena mereka bekerja untuk mereka sendiri.
Begitu kesepakatan dibuat, dua minggu kemudian, saya sudah melakukan pemesanan bibit karet “mata tidur” ke perkebunan di Ser Belawan. Bibit karet ini masih baru diokulasi, masih belum siap tanam. Begitu sampai bibit di Purbatua, warga masih mengangkutnya ke lokasi Molhum dengan memikul secara gotong royong. Mereka membagi-bagi menjadi pack-pack kecil agar tidak terlalu berat untuk dipikul satu orang. Semua dilakukan secara gotong royong, tanpa bayar. Peraturan yang disepakati di antara mereka, siapa tidak pernah ikut membawa bibit ke lokasi, penanaman di tanahnya akan belakangan. Karena itu pada umumnya mereka semua terlibat dalam pengangkutan bibit dan bahan-
bahan lain yang dibutuhkan.

Bibit “mata tidur” sebenarnya belum siap tanaman, masih harus ditanam di polybag dan tentu masih butuh perawatan: menyiram, memupuk, menyiangi rumput, dlsb. Semua itu dilakukan oleh warga Kelompok Tani. Namun khusus untuk pekerja 5-10 orang ini, karena mereka biasanya bermalam di Molhum, mereka mendapat uang makan Rp 30 rb seorang pe hari kerja. Saya memang mengatakan, biaya pembibitan termasuk pemupukan dlsb, hingga siap tanam menjadi tanggungjawab keuskupan. Kalau mereka tidak diberi uang makan, mereka lalu makan apa?
Melihat cara kerja ini, pekerjaan ini sebenarnya kan pekerjaan rakyat. Sama sekali tidak ada indikasi bahwa saya melakukan investasi di lokasi tersebut. Peranan saya hanya mengontrol, menyediakan alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan. Dananya dari fund sosial Keuskupan Sibolga. Jalannya proyek kebanyakan warga sendiri yang menjalankan di bawah koordinasi Robinson Tarihoran dan teman-temannya. Maka kalau kehadiran saya di situ dituding sebagai investor, rasanya aneh. Apalagi saya disebut sebagai perambah dan pembakar hutan, kapan itu saya lakukan. Saya hanya dua kali ke lokasi. Dan siapa saksi yang sudah diperiksa dan ditahan, yang memberikan kesaksian saya pernah melakukan pengrusakan hutan. Rasanya sangatlah tidak tepat kalau saya begitu saja ditetapkan sebagai tersangka
perambahan dan pembabatan hutan.

Hingga sekarang, bibit yang sudah diserahkan 100.000 batang “mata tidur” dan sudah berumur antara 4-8 bulan di media pesamaian. Sebagian besar siap untuk ditanam. Sekitar 25 hektar dari 200 hektar, sudah dilobang tanam. Kemudian warga Purbatua geger dengan issu dari Pemkab. Tapteng, tanah mereka adalah hutan register. Betapa beratnya hidup menjadi orang kecil dan rakyat biasa daerah Tapteng ini.

9. Lokasi Molhum, Desa Purbatua di Luar Hutan Register

Apakah lokasi itu memang benar hutan register? Saya pastikan hal itu tidak benar. Sayapun tidak terlalu bodoh mau melakukan pelanggaran hukum hanya sekedar mau membantu orang, tanpa ada harapan adanya keuntungan pribadi saya. Melihat gambaran yang saya jelaskan di atas, kita bisa menarik kesimpulan berikut: Pertama, lokasi atau daerah itu, sudah lama di huni oleh penduduk, bahkan puluhan tahun lalu. Bangunan rumah masih ada di situ. Tanaman mengitari pemukiman penduduk, sangat jelas tampak. Tapi mungkin faktor keterpencilan dan tuntutan akan pentingnya pendidikan anak, menyebabkan keluarga itu pindah dari sana ke pesisir. Kedua, di arah puncak gunung, 8 km dari lokasi itu, masih ada perkampungan penduduk yang dikenal dengan nama “Huta Gugung”. Daerah ini dikenal sebagai sumber buah durian yang enak di sekitar Barus. Setiap hari Jumat dan Sabtu, warga Purbatua dan warga Huta Gugung banyak melewati lokasi, memikul karet mereka yang hendak dijual ke pekan atau ke toke karet. Dan yang paling memastikan adalah temuan patok batas hutan register itu sendiri. Warga sudah lama menemukan dua patok hutan lindung: satu bertuliskan BHL 308, berlokasi tempat yang dikenal masyarakat dengan nama Tombak Lalo, berjarak sekitar 10 km dari Molhum. Yang satu lagi bertuliskan BHL 312, berlokasi di tempat yang dikenal dengan Aek Gambir, berjarak kurang lebih 8km dari Molhum. Bukti-bukti ini sangat kuat memastikan
bahwa Molhum berada di luar areal hutan register.

Sebenarnya warga masyarakat sendiri sudah sejak awal mengingatkan personil dari POLDA Sumatera Utara, maupun dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Tapanuli Tengah, akan adanya penemuan patok batas hutan register di atas gunung sana, masih jauh. Juga sangat disayangkan sikap tidak mau mendengar hati warga, setiap kali warga mengajak Anggota POLDA Sumatera Utara dan juga Dinas Kehutanan dan Perkebunan Sumut dan Tapteng, agar bersedia naik gunung ke lokasi dimana patok berada, namun mereka tidak pernah mengindahkan perkataan dan usul warga. Sepertinya mereka sudah punya tujuan dan keinginan sendiri yang harus dicapai, yakni menjerat saya dan Robinson
Tarihoran dengan kasus sekarang.

10. Komnas HAM: Pekerjaan Lahan Teruskan

Pada kunjungan Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) ke Tapteng, Rabu (25/12) lalu, warga Desa Purbatua dan Hutaginjang mencegat perjalan Tim di Desa Sihorbo, Kec. Barus Utara. Mereka menyampaikan pengaduan mereka perihal tanah yang sedang dipersoalkan oleh pihak Pemkab. Tapteng. Robinson Tarihoran tampil sebagai pembicara warga, menceriterakan kronologi pengusahaan lahan itu mulai dari kakek dan orangtua mereka sejak puluhan tahun lalu. Lalu sekarang, demikian Robinsan, ada larangan dari Pemkab Tapteng, warga tidak bisa mengusahai lahan itu dengan alasan masuk kawasan hutan register. “sejak dari dulu kakek/nenek dan orangtua kami sudah mengusahai lahan itu. Tidak pernah diketahui orang di situ hutan register. Batas Hutan register masih jauh di atas gunung sana, kenapa sekarang dikatakan itu hutan register?” kata Robinson mempertanyakan.
Menanggapi pengaduan itu, Johny Nelson Simanjuntak yang didampingi oleh Husendro mengatakan, bila memang sejak dari dulu kawasan itu pasti tidak masuk kawasan hutan register kenapa sekarang jadi bermasalah. “Kalau memang sudah sejak lama dikelola dan sudah pasti ditemukan patok batas hutan register itu jauh dari lokasi itu, silahkan lanjutkan kerjakan lahan itu. Kalau ada yang melarang, nanti laporkan sama saya. Saya ini berbicara atas nama lembaga negara,” kata Johny menegaskan. Ketika itu hadir banyak intel-intel polisi. Pernyataan itu didengar juga oleh mereka. Bila tidak salah, ada intel juga yang merekam pernyataan itu dengan handycam.
Lalu kenapa sekarang ada kasus perambahan dan pembakaran hutan register? Apakah Kamnas HAM sebagai lembaga negara suaranya tidak dianggap apa-apa oleh Pemkab Tapteng dan aparat penegak hukum kita? Mohonlah kiranya agar dalam penanganan kasus-kasus menyangkut rakyat kecil, aspek-aspek hak-hak azasi itu dikedepankan oleh aparat penegak hukum kita.

11. Ada Investor Pilihan Pejabat Pemkab Tapteng Menginginkan Tanah Molhum

Bulan Juni 2008, dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Tengah pernah turun ke Molhum dan melakukan perintisan penentuan batas yang hendak dikelola seorang calon investor. Kepala Desa Purbatua mengetahui hal ini karena rumahnya menjadi titik kumpul ketika mau pergi ke lahan di Molhum. Pada waktu itu, Robinson Tarihoran diajak juga ikut melakukan perintisan. Perintisan dilakukan.

Nama-nama mereka yang terlibat ketika itu:
- Martin Simanjuntak
- Gulmok Tarihoran
- Robinson Tarihoran
- Damril Limbong
- Gohi Simanjuntak

Nama yang disebut terakhir adalah orangnya Bupati Drs. Tuani Lbn. Tobing ketika mereka melakukan penguasaan tanah warga di Sipaubat dan Desa Lobutua, Kec. Andam Dewi. Tidak lama setelah pengukuran itu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tapteng turun juga ke lokasi dan mulai mengukur luas lahan. Menurut keterangan Robinson Tarihoran, luas tanah keseluruhan yang berhasil diukur dan hendak dikelola oleh investor mencapai 1.300 Ha. Suatu luas yang pantastis. Kalau ini sempat beralih ke tangan investor dengan model apa yang terjadi selama pemerintahan Tuani Lbn Tobing ini, bisa dipastikan bahwa warga Purbatua dan Huta Ginjang akan menderita di masa depan.
Melihat gelagat tidak baik itu, Robinson Tarihoran sering berkonsultasi kepada saya tentang tanah di Molhum. Ia sendiri punya sikap, dan tentu mengajak rekan generasi mudanya dan masyarakat, lahan di Molhum tidak akan pernah jatuh ke tangan investor yang dimasukkan Pemkab Tapteng. “Sudah banyak kita petik pelajaran yang tidak baik dengan kehadiran PT. Nauli Sawit,” kata Robinson.
Orang-orangnya Bupati sudah membaca gelagat dari Robinson yang tidak akan meluluskan rencana mereka. Robinson mulai dibujuk dan diiming-imingi banyak hal. Gohi Simanjuntak pernah membujuk dia agar mendorong masyarakat memberikan tanahnya untuk dikelola investor. Robinson menjawab dengan mengatakan, “kenapa kepada saya, apalah saya. Raja kampung dan pengetua kan masih ada,”. Juga kepadanya pernah ditawarkan, kalau lahan di Molhum jadi dikelola, ia akan mendapat bagian 10 hektar dan truk satu unit. Kembali Robinson memberikan jawaban dengan tidak terlalu serius, “kalau hanya sayanya makan apalah artinya itu”. Kepada Robinson juga pernah dianjurkan, bila membutuhkan sesuatu, agar pergi ke rumah calon investor itu yang disebutkan sebagai bermarga Pasaribu dan beralamat di Jln. Sisinga Mangaraja No. 30 Sibolga. Rupanya ancaman akan adanya penyerobotan inilah yang semakin mendorong keinginan Robinson membentuk kelompok tani dan memohon bantuan ke
Keuskupan Sibolga agar masyarakat mampu dengan segera mengolah lahan mereka.
Akibat sikap Robinson Tarihoran yang tidak mau diajak kerjasama mendukung kehadiran invstor itu, ia dan keluarganya sudah dijadikan target sasaran oleh “kelompok yang berseberangan”. Benar, pada hari Minggu, rumah orangtua Robinson, tempat dia tinggal, pada siang hari, pada saat orang mengikuti kebaktian di gereja, dibakar oleh orang yang tidak dikenal. Syukur rumah itu tidak sempat habis dilalap api. Kepulan asap pekat menyadarkan orang yang sedang duduk-duduk di kedai di belakang rumahnya. Mereka langsung memadamkan api yang sudah sempat menghanguskan lemari dan sudah mulai menjilat bagian atap rumah. Dari investigasi kami, cukup kuat keyakinan bahwa pelaku adalah bagian dari Kelompok yang membakar rumah Edianto Simatupang, seorang aktivis, yang juga korban penikaman
waktu Unjuk Rasa Damai di depan Kantor Gubernur di Medan.

Rupanya, Bupati merasa harus turun tangan untuk mendorong dan mempengaruhi masyarakat. Pada acara Pulang Bersama para Perantau yang berasal dari Desa Sihorbo dan Hutaginjang, Bupati hadir dan memberikan kata sambutan. Sebenarnya Panitia yang sudah dibentuk dari Jakarta, tidak terlalu mengharapkan dan tidak mendukung rencana kehadiran Bupati. Namun, “orang-orangnya” Bupati bersikeras agar Bupati diundang dan diberi kesempatan memberi kata sambutan. Memang betul, Bupati datang dan menyampaikan kata sambutan. Dalam kata sambutannya, Bupati mendorong masyarakat agar memberikan tanahnya dikelola oleh investor yang akan datang membawa modal besar, mumbuka lapangan kerja, dst..dst...dst. Ketika itu nyata sekali bagi warga yang hadir pada acara itu, Bupati Tapteng sangat berminat dengan lahan Molhum untuk diberikan kepada investor. Tetapi warga tetap
memilih, lahan itu hendak dikelola sendiri.

12. Penutup

Dari pemaparan apa adanya di atas, pembaca yang budiman pasti sudah mendapat gambaran mengenai aktivitas saya dikaitkan dengan issu perambahan dan pembakaran hutan register di Molhum. Saya persilahkan pembaca budiman mencermati dan merefleksikan, dan kemudian menilai apakah yang disangkakan itu benar dan tepat dikenakan pada saya. Jika seandainya lahan Molhum itu jadi diberikan kepada investor pilihan Bupati, maka persoalan menyangkut hutan register pasti tidak ada. Kuat keyakinan saya bahwa issu perambahan hutan register adalah kasus yang dibangkitkan tanpa bukti yang kuat. Tapi dengan tujuan yang jelas, Pertama, untuk masyarakat agar tidak mengusahai lahan ini, karena kecewa, investor pilihan tidak jadi menguasai dan mengusahai lahan itu. Kedua, menghentikan saya dalam kegiatan-kegiatan advokasi membela hak-hak rakyat, khususnya mereka yang tidak berdaya, korban kebohongan, dengan cara mengirim saya ke penjara.
Jadi kesimpulan saya, kasus ini direkayasa untuk mengkriminalisasi saya sebagai orang yang getol dan yang tidak mau surut dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat atas tanah warga transmigrasi dan para petani di beberapa kecamatan di Tapteng yang diserobot oleh PT. Nauli Sawit. Setelah pengaduan kami ke Komnas HAM mendapat tanggapan sirius, situasi panas dan gerah mewarnai jajaran pejabat Pemkab Tapteng, khususnya mereka yang terlibat dalam praktek penyerobotan tanah.
Tapi sungguh saya sayangkan, kenapa POLDA Sumatera Utara menanggapi laporan pihak Pemkab. Tapteng ini tanpa melakukan proses hukum yang wajar dalam menentukan saya sebagai tersangka. Kalau seandainya kasus ini ditanggapi secara profesional dan proporsional, saya yakin tidak akan seperti ini. Tampanya kembali perlu diulangi ajakan Presiden R.I Soesilo Bambang Yudhoyono, agar Polri, KPK dan Kejaksaan membenahi secara internal institusinya, yang dikemukakan pada saat menyampaikan sikap atas kasus cicak dan buaya. Apakah POLDA Sumatera Utara mendengarkan
seruan Presiden itu?

Demikian saya buat kronologi kasus dan gambaran keterlibatan saya di proyek sosial penanaman karet di Desa Purbatua dan Hutaginjang ini yang saya sampaikan dengan apa adanya, namun dipenuhi rasa
tanggungjawab. Semoga bermanfaat terutama bagi mereka yang kita bela.

Minggu, 13 Desember 2009
P. Rantinus Manalu, Pr
Ketua Komisi Justice and Peace Keuskupan Sibolga

Gebyar Perayaan Natal Mudika Paroki Sidikalang

PANITIA PELAKSANA
PERAYAAN NATAL MUDIKA PAROKI SIDIKALANG
“BERTABUR BINTANG” 2009

No.: 01/PAN -NTL/IX/2009 Sidikalang 20 September 2009
Lamp.: 1 eks
Hal: Permohonan Bantuan Dana / Sponsor


Kepada Yth:
_______________________________
SYALOM,
Untuk merayakan hari kelahiran Sang Penebus dosa manusia, kami Muda-Mudi Katolik Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang mengadakan Perayaan Natal yang dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal: Senin -Selasa ,28 -29 Desember 2009
Tempat: Gereja Katolik Sidikalang
Waktu: Pukul 16.00 WIB s/d Selesai
Hal: Permohonan Bantuan Dana / Sponsor
Acara: Misa Kudus dan Hiburan Natal


Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, Panitia mengalami kekurangan dana. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan agar Bapak/ Ibu serta Saudara/i sudi kiranya menjadi Sponsor dalam acara PERAYAAN NATAL MUDIKA PAROKI SIDIKALANG 2009.
Atas partisipasi dan perhatian Bapak/Ibu serta Saudara/i kami mengucapkan banyak terima kasih.


HORMAT KAMI

PANITIA PELAKSANA

Ketua
Sekretaris
Harapan Boangmanalu
Rumondang Sinaga


Mengetahui

Pastor Paroki Sidikalang
Dewan Pastoral Paroki Sidikalang
Pastor Antonius Manik, O. Carm
Dirman Sagala


P R O P O S A L

1. PENGANTARDalam dunia yang semakin berkembang, Gereja dihadapkan pada pertanyan – pertanyaan tentang perkembangan dunia modern, tentang peranan manusia dan alam semesta secara perorangan maupun bersama – sama dan tujuan akhir dunia dan manusia.
Seiring perkembangan zaman dan dihubungkan dengan anggapan bahwa agama itu sama semua, maka generasi muda (Mudika) tidak lagi percaya diri mengatakan bahwa agama Katolik yang paling benar bagi dirinya. Hal ini mengakibatkan :

· Kurangnya militansi kekatolikan umat
· Tidak banyak lagi muncul tokoh awam maupun pemimpin Katolik yang tangguh dan beriman teguh
· Kaum muda tidak peduli dengan kehidupan iman dan perkembangan Gerejanya
2. LATAR BELAKANGMudika sebagai masa depan Gereja rindu mengadakan perayaan Natal dalam rangka memperingati hari kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus agar dapat mengingatkan kaum muda dalam mengenang kelahiran raja sang Penebus Dosa Manusia.
3. TUJUAN PELAKSANAAN§ Peningkatan iman serta memupuk rasa persaudaraan diantara Mudika
§ Membangun solidaritas sesama Mudika
§ Pengembangan diri para Mudika.
4. TEMATema : Aku Takkan Goyah Untuk Selama-lamanya.
Sub Tema : Melalui Perayaan Natal Mudika Paroki Sidikalang Bertabur Bintang 2009, kaum muda Katolik mampu menjadi agen-agen perubahan di lingkungan Masyarakat, Bangsa dan terlebih-lebih di lingkungan Gereja.
5. WAKTU PELAKSANAAN / TEMPAT
Hari/tanggal: Senin-Selasa, 28-29 Desember 2009
Pukul: 14.00 s.d. selesai
Tempat: Gereja Katolik Paroki Maria Pertolongan Orang Kristen Sidikalang


6.JENIS KEGIATAN
1. Misa Kudus
2. Karnaval
3. Hiburan Natal Bertabur Bintang di hibur oleh Artis Ibu Kota:
a. TRIO SIEMENSTAR
b.. TIOFANTA PINEM
c.. HERLIN SIBORO
d. SURYA SIMATUPANG
f. MONANG HABEAHAN/TOBAS TRIO
4. Ceramah

7. SASARAN
Peserta pada kegiatan Perayaan Natal Mudika Paroki Sidikalang “Bertabur Bintang” kurang lebih 7000 orang, yaitu :
1. Mudika Paroki Sidikalang
2. Orang Tua
3. Asmika
4. Kaum Muda Se- Ordo Karmel Regional SUMUT
5. Tokoh Katolik dan Tokoh Masyarakat
8. TERTIB ACARA
Tanggal 28 Desember 2009
1.Chek In : 12.00 – 14.00 WIB
2.Carnaval : 14.00 – 16.00 WIB
3.Misa Kudus: 16.00 – 18.00 WIB
4.Pembukaan & Kata Sambutan: 18.00 – 19.00 WIB
5.Makan Malam: 19.00 – 20.30 WIB
6.Hiburan Natal: 20.30 – 24.00 WIB
7.Malam Seribu Bintang: 24.00 WIB
Tanggal 29 Desember 2009
1.Ibadat Pagi: 05.30 WIB – 06.00 WIB
2.Kebutuhan Pribadi: 06.00 WIB – 07.00 WIB
3.Sarapan Pagi: 07.00 WIB – 08.00 WIB
4.Ceramah: 08.00 WIB – 10.00 WIB
5.SAYONARA: 10.00 WIB
NB : Jadual ini dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi.
9. TAKSASI BIAYA
ANGGARAN DANA
A. PENGELUARAN
1.Seksi Konsumsi

- Makan malam 700 x @ Rp.10.000,-: Rp 7.000.000,

- Makan Pagi 700 x @ Rp. 5.000,-: Rp 3.500.000,-
2Seksi Tempat / Peralatan

- Tratak 14 bh x @ Rp 100.000,-: Rp 1.400.000,-

- Pentas 2 buah: Rp 600.000,-

- Kursi 700 bh x @ Rp 1.000,-: Rp 700.000,-

- Sound System: Rp 4.000.000,-

- Lighting: Rp 1.500.000,-
3Seksi Liturgi: Rp 1.500.000,-
4Seksi Dekorasi: Rp 2.000..000,-
5Seksi Dokumentasi: Rp 1.000.000,-
6Seksi Humas: Rp. 1.000.000,-
7Seksi Tamu: Rp. 500.000,-
8Biaya Transportasi: Rp. 2.500.000,-
9Seksi Keamanan: Rp. 500.000,-
10Akomodasi: Rp. 1.000.000,-
11Sie Kesehatan: Rp 500.000,-
12Hiburan (Artis): Rp 10.000.000,-

Total Pengeluaran: Rp. 38.700.000,-

B. PEMASUKAN
1.Partisipasi peserta: Rp 5.000.000,-
2Subsidi Paroki: Rp 5.000.000,-
3Partisipasi Lingkungan/Stasi: Rp 2.000.000,-
4Bazar: Rp 3.000.000,-
5Parkir: Rp. 2.000.000,-
6Donateur: Rp. 20.700.000,-

Total Pemasukan: Rp. 37.700.000,-

10. PANITIA PELAKSANA

SUSUNAN PANITIA PELAKSANA
PERAYAAN NATAL MUDIKA PAROKI SIDIKALANG
“BERTABUR BINTANG”
I.PelindungPastor Paroki Sidikalang


Dewan Pastoral Paroki
II.PenasihatPastor Moderator Mudika
IIIPenanggungjawabSeksi Kepemudaan Dewan Pastoral Paroki
IV.KetuaHarapan Boangmanalu
V.Wakil KetuaListualinus Barasa
VI.SekretarisRumondang Sinaga
VII.Wakil SekretarisJusanti Pandiangan
VIII.BendaharaRisma Tampubolon
IX.Seksi-Seksi

1. Seksi Liturgi

KoordinatorSr. Margaretha Samosir, KSSY

Anggota 1. Helen Simamora


2. Sr. Yosi KSSY


3. Lisbet Manurung

2. Seksi Acara

KoordinatorRinto Sembiring

Anggota1. Renius Simamora


2. Yohana Cibro

3. Seksi Tempat/Peralatan/Transportasi

KoordinatorFrans

Anggota 1. Maruli


2. Sentra Ginting


3. Jekson Malau

4. Seksi Dekorasi

KoordinatorSr. Maristela Dolla, KSSY

Anggota 1. Juni Purba


2. Hendra Muliadi


3. Oktavia Sianipar

5. Seksi Dokumentasi

KoordinatorSarden Sihotang

Anggota Candra PPH Aritonang

6. Seksi Keamanan

KoordinatorAbdi Sihombing

Anggota 1. Jepro


2. Erwin Sianturi


3. Yudi Darmo Sihombing

7. Seksi Humas

KoordinatorAndri Giwangkara

Anggota 1. Polmen Situmorang


2. Dodi Nainggolan

8. Seksi Tamu

KoordinatorAniati Aritonang

Anggota 1. Mario


2. Maria Iga


3. Jon Feri

9. Seksi Konsumsi

KoordinatorFelix Tampubolon

Anggota 1. Roida Simorangkir


2. Riyadi Sitanggang


3. Masta Lumban Gaol


4. Nurcahaya

10. Seksi Akomodasi

KoordinatorSteven

Anggota 1. Friend


2. Paulina Manalu

11. Seksi Kesehatan

KoordinatorIren Ginting

Anggota Lilis Sitanggang

12. Seksi Dana

KoordinatorResoalon Lumban Gaol, A.Md (DPRD Kab Dairi)

Anggota 1. Jusrianda Nainggolan (DPRD Kab Dairi)


2. Dapotan Silalahi (DPRD Kab Dairi)


3. Ances Sihombing (CV. Abdi Karya)


4. R.A Sinaga (BRI)


5. S.I. Situmorang (Ka. Unit BRI Sumbul)


6. Binsar Simarmata


7. Lina Manik


8. M. Tinambunan


9. Fero Sitanggang


10. M. Malau (Coca Cola)


11. PENUTUP
Demikianlah Proposal ini diperbuat dengan harapan Perayaan Natal Mudika Paroki Sidikalang “ Bertabur Bintang” dapat terlaksana dengan baik.

Kami dan kaum muda kita yang menjadi penerus dan generasi Gereja Katolik sangat mengharapkan dukungan dan bantuan dari para Saudara. Atas dukungan, perhatian dan bantuan dari para Saudara, kami mengucapkan banyak terimakasih.

Uluran Kasi sebagai bingkisan Natal Para Saudara, Bapak dan Ibu dapat dikirimkan ke:

BRI Cabang 0194 Sidikalang
No. Rekening : 0194-01-019758-50-8
Atas Nama : PAROKI MARIA PERTOLONGAN ORANG KRISTEN

Semoga kegiatan ini berdampak positip bagi kaum muda Katolik dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketua
Sekretaris
Harapan Boangmanalu
Rumondang Sinaga


Mengetahui


Pastor Paroki Sidikalang
Dewan Pastoral Paroki Sidikalang
Pastor Antonius Manik, O. Carm
Dirman Sagala


PESAN NATAL 2009

"Tuhan Itu Baik Kepada Semua Orang ..."
(bdk. Mzm. 145:9a)

Saudara-saudari yang terkasih,segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Dalam suasana kebahagiaan Natal sekarang ini, kembali Tuhan menyapa dan mengingatkan kita umat-Nya untuk merayakan Natal ini dalam semangat kedamaian, kebersamaan dan kesahajaan. Dengan mengucap syukur sambil melantunkan kidung Natal dan doa, kita merenungkan, betapa baiknya Tuhan dalam kehidupan kita! Ia yang telah lahir bagi kita manusia, adalah juga Dia yang telah menebus dosa kita dan mendamaikan kita dengan Allah, Bapa kita. Dengan demikian, Ia menyanggupkan kita untuk hidup bersama, satu sama lain dalam damai Natal itu. "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya"[1]. Kabar Gembira Natal itulah yang harus kita hayati dan wujud-nyatakan di dalam kehidupan kita bersama.
Tema Natal kita tahun ini adalah: "Tuhan itu baik kepada semua orang." Tema ini hendak mengingatkan kita, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan manusia menurut gambar dan citra-Nya[2]. Allah adalah Allah bangsa-bangsa[3]. Ia tidak hanya mengasihi Israel saja, tetapi juga Edom, Mesir, bahkansemua bangsa-bangsa. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia".[4] Allah mengasihi dunia dan manusia yang hidup di sana dan manusia diperintahkan-Nya untuk mengolah dan menaklukkannya.[5]
Sebagaimana kelahiran Yesus Kristus adalah bagi semua orang, maka umat Kristiani pun hidup bersama dan bagi semua orang. "Semua orang" adalah siapa saja yang hidup dan bertetangga dengan kita, tanpa membeda-bedakan, sebagaimana Allah, Bapa di surga, juga menyinarkan matahari-Nya dan menurunkan hujan-Nya kepada semua orang tanpa membeda-bedakan.[6] Di dalam interaksi kita dengan sesama, pemahaman ini meliputi semua bidang kehidupan. Yesus Kristus memerintahkan, agar kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.[7] Itulah hakikat inkarnasi Ilahi di dalam diri Yesus Kristus yang adalah Manusia bagi orang lain. Kelahiran Yesus Kristus mendasari relasi kita dengan orang lain. Maka kita menjalin relasi dengan sesama, tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.

2. Dalam semangat inilah kita merayakan Natal sambil merefleksikan segala peristiwa yang telah kita lalui di tahun 2009 seperti misalnya Krisis Ekonomi Global, Pemilihan Umum, Aksi Terorisme sampai dengan Bencana Alam yang melanda beberapa wilayah Tanahair kita. Segala peristiwa tersebut mengingatkan kita untuk senantiasa menyadari kebesaran Tuhan dan membuat kita rendah hati di hadapan-Nya. Tuhan itu baik, karena Ia memampukan kita melewati semua peristiwa tersebut bersama sesama kita manusia. Maka Natal ini juga hendaknya memberikan kita hikmah dalam merencanakan hari esok yang lebih baik, bagi manusia dan bagi bumi tempat tinggalnya. Manusia yang diciptakan sebagai puncak dan mahkota karya penciptaan Allah, tidak bisa dilepaskan dari dunianya. Sungguh, "Tuhan itu baik bagi semua orang dan penuh rakhmat terhadap segala yang dijadikan-Nya".[8]
Oleh karena itu, kala merayakan peringatan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan kita, kami mengajak seluruh umat Kristiani setanah-air untuk bersama-sama umat beragama lain menyatakan kebaikan Tuhan itu dalam semangat kebersamaan yang tulus-ikhlas untuk membangun negeri tercinta kita. Sebagai bagian integral bangsa, umat Kristiani di Indonesia adalah warganegara yang secara aktif turut mengambil bagian dalam upaya-upaya menyejahterakan bangsa, karena kesengsaraan bangsa adalah kesengsaraan kita dan kesejahteraan bangsa adalah kesejahteraan kita juga. Dengan pemahaman solidaritas seperti itu, umat Kristiani juga diharapkan turut melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang baru Negara ini, demi terwujudnya keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata, termasuk juga demi terwujudnya upaya memulihkan keutuhan alam ciptaan yang menjadi lingkungan hidup kita. Merayakan Natal sebagai ungkapan penerimaan kedatangan Yesus Juruselamat, haruslah juga menjadi awal perubahan sikap dan tindakan untuk sesuatu yang lebih baik. Kedatangan Yesus bagi semua orang melalui karya-Nya, dahulu telah dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis dengan memaklumkan perubahan sikap dan tekad ini[9], baik melalui pewartaannya maupun melalui peri-hidupnya sendiri. Hal itu membuat mereka yang dijumpainya dan mendengar pewartaannya bertanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"[10]

3. Karena itu, melalui pesan Natal ini, kami mengajak seluruh umat Kristiani:
a.untuk senantiasa menyadari kebaikan Tuhan, dan dengan demikian menyadari juga panggilan dan perutusannya untuk berbuat baik kepada sesamanya[11]. Kita dipanggil bukan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, sehingga kita dikalahkan oleh kejahatan, melainkan untuk mengalahkannya dengan kebaikan[12], supaya dengan melihat perbuatan baik kita di dunia ini, orang memuliakan Bapa yang di surga[13].· untuk melibatkan diri secara proaktif dalam berbagai upaya, terutama yang direncanakan oleh Pemerintah dalam program-program pembangunan manusia seutuhnya. Kita juga dipanggil untuk terlibat aktif bersama dengan gerakan-gerakan atau apsirasi-aspirasi lain, yang mempunyai keprihatinan tulus, untuk mewujudkan masyarakat majemuk yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keikhlasan dan solidaritas memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bersama.

b. untuk ikut terlibat aktif dalam menyukseskan program-program bersama antara Pemerintah dan masyarakat demi keharmonisan hubungan manusia dengan manusia, tetapi juga antara manusia dengan alam lingkungan hidupnya. Dalam upaya-upaya pelestarian lingkungan dan keutuhan ciptaan, umat Kristiani hendaknya tidak hanya menjadi pelaku-serta saja, tetapi juga menjadi pemrakarsa.Akhirnya, Saudara-saudari seiman yang terkasih, marilah kita berdoa juga bagi Pemerintah kita yang baru, yang dengan demokratis telah ikut kita tentukan para pengembannya, bersama dengan seluruh jajarannya dari pusat sampai ke daerah-daerah, agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Itulah yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikianlah pesan kami. Selamat Natal 2009 dan Selamat Menyongsong Tahun Baru 2010. Tuhan memberkati.

Jakarta, November 2009

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe

Mgr. M.D.Situmorang OFMCap.

Ketua Umum

Ketua

Pdt. Dr. R. Daulay

Mgr. A. Sutrisnaatmaka MSF.

Sekretaris Umum

Sekretaris Jenderal






VISITOR

free counters

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites